Nostalgia Staatsspoorwegen Bantam Lijn, Batavia - Rangkasbetoeng
- Admin
- May 20, 2011
- 4 min read
Dalam rangka memaknai peringatan hari lanjut usia sedunia yang jatuh di bulan Mei 2011, 15 orang pensiunan PT Unilever dilayani oleh kelompok pelayanan peziarahan kereta api Ziarah Spoor Barito Guide dengan dukungan Indonesian Railway Preservation Society. Turut memberikan dukungan pula, PT Kereta Api Indonesia ( persero ) unit Heritage dan Daerah Operasi 1 Jakarta. Mereka mengadakan tour kereta api unik Nostalgia Staatsspoorwegen Bantam Lijn, Batavia - Rangkasbetoeng ( Nostalgia Kereta Api Lintas Banten ), Kamis 19 Mei 2011. Perjalanan nostalgia kereta api ini bertujuan mengenal lebih dekat jalur legendaris karya Staatsspoorwegen Bantam Lijn ( SS lintas Banten ) yang telah membuka isolasi Banten sejak 111 tahun silam, memberikan kesempatan para warga senior tersebut berapresiasi terhadap semangat perkeretaapian lintas Banten dalam menjaga keutuhan Republik Indonesia. Yang tak boleh dilupakan adalah memberikan motivasi semangat warga senior mengisi kesehariannya secara positf.
Pukul 06.00 wib opa - oma dengan ceria berkumpul di kompleks PT Unilever - Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Kemudian menuju stasiun Pondok Ranji dengan mencharter angkutan kota secara khusus . Perjalanan selama 30 menit tersebut dinikmati dengan riang gembira. Usai memperoleh tiket KRL Ekonomi tujuan Serpong, aksi foto - foto serta celoteh pagi hari mengenang perjalanan berkereta api masa lalu mereka dimulai. KRL Ekonomi beranjak dari Stasiun Pondok Ranji pukul 06.45 wib, menuju Stasiun Serpong. Suasana kereta relatif tenang saat itu, sehingga sangat dinikmati mereka. Mereka terperangah melihat bangunan stasiun dan rumah dinas pegawai kereta Sudimara dan Rawabuntu yang tampak jadul. Sekitar 30 menit kemudian, kereta mengakhiri perjalanan di Stasiun Serpong. Kami transit sejenak di stasiun yang telah diperbaharui ini, menantikan KA Rangkas Jaya dari Stasiun Tanah Abang tujuan Stasiun Rangkasbitung. Tidak ada kesulitan bagi opa-oma saat naik turun tangga dari peron ke ruang tunggu penumpang maupun sebaliknya. Rekan Tri Prasetyo dari PT Kereta Api Indonesia ( persero ) unit Heritage menyambut kehadiran kami serta mendampingi perjalanan dengan KA ekonomi plus ini menuju Rangkasbitung. Pukul 08.30 wib, siulan panjang seruling lokomotif berbunyi nyaring setelah petugas Pimpinan Perjalanan Kereta Api Stasiun Serpong memberikan semboyan 40 ( tanda aman bagi masinis untuk memberangkatkan kereta ), disambut peluit semboyan 41 sang kondektur. Rangkaian kereta bergerak perlahan dari Stasiun Serpong menapaki jejak masa lalu Staatsspoorwegen Bantam Lijn berlatar pesona alam Banten menuju Rangkasbitung.
Sajian segelas teh hangat dari petugas restorasi menemani suasana perjalanan pagi itu. Dari balik jendela kereta makan, para peserta disuguhi panorama Sungai Cisadane, pesona tikungan Cilejit, persawahan hijau, aksi kerbau membajak ladang, waduk Cicinta Maja, bangunan antik eks gudang barang dan rumah dinas pegawai kereta api era Staatsspoorwegen. Bangunan tersebut kami lihat di lokasi berikut : stasiun Cisauk, stasiun kecil Cicayur nan unik berbahan kayu, Parung Panjang, Cilejit, Daru, Tenjo, Cikoya, dan Maja. Aktivitas pekerjaan elektrifikasi jalur kereta api Serpong-Maja yang sedang berlangsung, turut menghiasi perjalanan ini. Kondektur Pemimpin dengan ramah menjelaskan pula situasi seputar lintas Banten. Beberapa awak restorasi turut serta berdialog dengan opa - oma. Kereta berhenti sejenak di Stasiun Tigaraksa. Luar biasa, tidak ada pedagang asongan lalu lalang di dalam kereta ini. Sebuah kejutan bagi kami, Bapak Mamat Suromat, Kepala Stasiun Rangkasbitung, yang naik dari stasiun tersebut, mengucapkan selamat datang kepada kami di KA Rangkas Jaya. Beliau dalam perjalanan tugas menuju Stasiun Rangkasbitung. Pukul 10.00 wib, KA Rangkas Jaya mengakhiri perjalanan sejauh 83 km dari Stasiun Tanah Abang – Jakarta di Stasiun Rangkasbitung.
Bapak Mamat Suromat, Wakil Kepala Stasiun, dan segenap staf, berkenan menyambut kehadiran kami di ruang dinas Kepala Stasiun Rangkasbitung yang nyaman. Beliau memberikan tanggapan positif dan berterima kasih atas kunjungan unik yang baru pertama kali dialaminya sejak bertugas sebagai Kepala Stasiun di tempat ini. Suasana berlangsung akrab. Bapak Yos, 78 tahun, salah satu pensiunan terkesan dengan kondisi menara air antik stasiun tersebut yang dilihat terakhir kali dalam perjalanan darat dari Sumatera, dilanjutkan berkereta api Merak menuju Jakarta tahun 1960an silam. Ada yang mengatakan belum pernah naik kereta api ke Rangkasbitung, padahal jalur kereta apinya tidak jauh dari tempat tinggal mereka di Kompleks Unilever – Petukangan Selatan.
Usai audiensi, opa-oma bergerak dengan lincahnya menuju Pasar Rangkasbitung berburu gula aren, ikan asin, serta emping. Cuaca panas tak menghalangi semangat mereka berjalan kaki keliling pasar. Hampir 1.5 jam dihabiskan untuk bernostalgia di seputar pasar rakyat tersebut. Usai berburu, dilanjutkan santap siang bersama d Warung Makan Sugema, tak jauh dari pintu keluar Stasiun Rangkasbitung.
Kesempatan berikutnya menikmati suasana bangunan stasiun era tahun 1900an, kantor kesehatan , serta menara air stasiun Rangkasbitung. Bapak Mamat Suromat dan peserta berfoto bersama berlatar belakang menara air antik tersebut. Peserta tertua, Bapak Sudjati, 81 tahun, berjabatan tangan erat-erat dengan Kepala Stasiun saat berpose. Menara ini dahulu berfungsi sebagai tempat persediaan air bersih bagi kebutuhan operasional Stasiun Rangkasbitung sekaligus persediaan air bagi lokomotif uap C27, atau B51 pada jamannya. Bapak Marecan, 77 tahun, masih ingat jalur cabang ke Pandeglang dan Labuan dari sini. Beliau prihatin, jalur tersebut sekarang non aktif. Bapak Johny Allow, dengan antusias mengabadikan aktivitas masyarakat seputar stasiun tersebut.
Puas berfoto dan berkeliling, kami menaiki kereta ekonomi Rangkasbitung-Pasar Senen yang akan mengantar kami kembali ke stasiun Pondok Ranji. Kepala Stasiun dan staff menyampaikan salam perpisahan . Bapak Sudjati berseloroh bahwa kereta ini adalah sarana kebugaran murah meriah, sebuah sauna bergerak. Berkeringat namun sehat. Ucapan tersebut langsung disambut gelak tawa rekan-rekannya. Tepat pukul 13.00 wib kereta bergerak, mengantarkan kami kembali ke stasiun Pondok Ranji dengan sejuta kenangan Nostalgia Staatsspoorwegen Bantam Lijn.
Terima kasih atas dukungan Indonesian Railway Preservation Society serta PT Kereta Api Indonesia ( persero ) unit Heritage dan Daerah Operasi 1 Jakarta serta.
Sampai jumpa pada pelayanan kami berikutnya.





















































Comments